Kalau Anda sering berbelanja di pasar tradisional, seharusnya Anda tidak asing dengan penampakan gambar di atas. Mungkin jarang dari kita yang memerhatikan barang yang saya lingkari dengan garis merah, karena memang terkesan sepele. Ya, barang yang saya maksud di atas adalah kantong plastik. Ketika berbelanja, baik di pasar tradisional, minimarket atau bahkan supermarket, konsumen memang akan lebih fokus terhadap barang apa yang dibeli, berapa harganya, dan ketika belanjaan dibungkus pun biasanya kita lebih fokus menghitung uang kembalian atau mengecek struk belanjaan. Termasuk saya sendiri, walaupun sejak kecil sering menemani Ibu belanja ke pasar tradisional, dan terlebih lagi setelah berkeluarga dimana setiap minggu menemani istri ke pasar, tidak pernah sekalipun terbersit di pikiran saya untuk mencari tahu atau memerhatikan kantong plastik atau kantong kresek yang diberikan oleh si penjual. Tapi semenjak salah satu emiten plastik yang akan kita bahas ini masuk ke dalam list saham pilihan saya, setiap kali berbelanja di pasar atau bahkan kadang hanya lewat di depan lapak tukang gorengan, saya curi-curi pandang untuk mencari tahu kresek merk apa yang mereka gunakan. Dan ternyata, kantong plastik dengan merk seperti gambar di atas tidak asing lagi di lingkungan kita,
Karena anggapan remeh terhadap bisnis kantong plastik seperti di atas, sangat mungkin juga tidak pernah terpikirkan oleh kita pertanyaan yang mungkin muncul seperti "Berapa sih pendapatan dari jualan kantong plastik doang?". Saya sendiri juga cukup kaget ketika kemaren mengamati Panca Budi Idaman, emiten produsen dan distributor kantong plastik cap Tomat, Bawang, Wayang dll yang produknya tanpa kita sadar banyak beredar di pasar bahkan di dapur kita sendiri. PBID ini mempunyai pendapatan mencapai Rp. 2,1 Triliun dari hanya menjual kantong plastik saja. Belum dari hasil ekspor biji plastik dan produk-produk lainnya seperti sedotan plastik, tali rafia, dus kue dan bungkus nasi. Oke, sounds big. Lalu bagaimana prospeknya?
PBID sendiri baru saja IPO pada Desember lalu dimana perusahaan menawarkan saham umum perdana sebanyak 375 juta lembar pada harga 850. Modal yang didapat dari penawaran perdana ini sudah tercatat di laporan keuangan 2017 sehingga jumlah total ekuitas perusahaan setelah IPO sebesar 1,1 Triliun. Dan untuk kinerja tahun 2017 dengan laba bersih sebesar 227 Milyar maka PBID memiliki return on equity sebesar 19,3%. Dengan RoE yang sebesar ini, jelas bisnis kantong plastik memiliki rasio profitabilitas yang tergolong cukup bagus. Sedangkan untuk kinerja Q1 2018, perusahaan membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 37.14%, jauh di atas pertumbuhan rata-rata industri plastik yang hanya sebesar 5%. Dan dengan pertumbuhan yang seperti ini, sangat besar kemungkinan bahwa perusahaan masih akan mencatat RoE di atas 19% pada akhir tahun nanti. Salah satu alasannya adalah, bisa dibilang bahwa produk PBID seperti kantong plastik, plastik bening untuk kemasan, kresek dan sejenisnya erat berkaitan dengan konsumsi masyarakat yang perputarannya sangat cepat. Dan menurut saya bisnis plastik seperti ini karakteristiknya dapat digolongkan ke dalam bisnis fast-moving consumer goods, dimana harga produk murah dan perputaran cepat sehingga memiliki sustainability tinggi seperti perusahaan-perusahaan FMCG pada umumnya. Walaupun biasanya bisnis kemasan hanya dianggap komplementer dari produk-produk FMCG itu, tapi untuk kantong plastik belum ada produk substitusi yang mampu menggantikan peran kantong plastik itu sendiri.
Kembali lagi berbicara tentang IPO PBID, di harga 850 PBID tergolong cukup murah dengan Pbv ketika itu sekitar 1,1 kali. Hal ini menyebabkan PBID termasuk salah satu perusahaan yang setelah IPO harganya justru tidak turun, tidak seperti kebanyakan perusahaan lain yang setelah IPO justru harganya kebanyakan perlahan turun atau justru malah terjun bebas karena kemahalan. Saham PBID memang melonjak naik setelah IPO, tetapi juga belum drastis-drastis banget naiknya. Setelah IPO, harga sahamnya meloncat ke 950an, lalu setelah itu sempat calm-down di 900an. Baru sejak awal mei lalu harga sahamnya perlahan naik lagi hingga hampir menembus 1000 lalu kemudian anteng lagi di 960-980 seperti sekarang. Dan ini berarti sejak IPO, saham PBID baru hanya naik gak sampe 15%. Nah, di harga 970an ini, Pbv PBID juga baru sekitar 1,4 kali, lagi-lagi masih tergolong murah bagi saya karena idealnya Pbv PBID ini seharusnya berada sekitar 1,8-2 kali. Penyebabnya ya karena PBID masih profit dan bertumbuh di 2018 ini dan sangat mungkin di akhir tahun nanti akan mencatatkan RoE di atas 20%.
Lalu dari segi resiko bisnisnya sendiri, terutama dari segi cost, PBID sangat bergantung kepada dua hal, yaitu harga minyak bumi dan nilai tukar rupiah. Kenapa minyak bumi? Karena plastik-plastik tersebut, entah berbentuk kantong kresek, plasting bening, plastik kemasan, sedotan, bungkus nasi, shopping bag dsb, semuanya berasal dari polypropylene (untuk pembuatan kantong plastik bening yang biasanya digunakan untuk memperjelas atau memperindah tampilan produk seperti bungkus untuk kue-kue basah di pasar) dan polyethylene (untuk pembuatan kantong plastik pembungkus cairan seperti santan, minyak, es, dan bahan padat lain). Dan kedua bahan ini semuanya berasal dari minyak bumi. Jadi kenaikan minyak bumi akan membuat beban produksi PBID juga ikut naik. Yang kedua yaitu nilai tukar rupiah dimana bahan baku tersebut kebanyakan diperoleh secara impor yang jual belinya dilakukan menggunakan dolar. Apabila rupiah melemah seperti saat ini, lagi-lagi dampaknya adalah beban produksi yang akan ikut naik. Untungnya, PBID juga melakukan ekspor dari penjualan plastik-plastik dan biji plastiknya, walaupun kontribusi ekspornya hanya 3% dari total pendapatan, tetapi paling tidak manajemen telah berusaha untuk memaksimalkan peluang dari bisnis kantong plastik ini dan berusaha menekan resiko dari nilai tukar rupiah tadi.
Jadi untuk 2018 ini dimana harga rupiah saat ini sangat lemah, dapat dipastikan akan membuat peningkatan beban pokok penjualan PBID. Satu-satunya agar perusahaan tetap bertumbuh ya PBID hanya perlu menjual kantong plastik lebih banyak lagi dan menekan biaya-biaya lain di luar beban produksi. Dan untungnya, produk PBID ini merupakan produk yang dibutuhkan semua orang dan biasanya dibeli dengan jumlah grosir (pedagang di pasar gak mungkin beli kantong plastik hanya satu pak dong) maka penjualan plastik hampir dipastikan akan selalu meningkat. Walaupun terjadi perlambatan ekonomi beberapa waktu lalu bahkan hingga sekarang tetapi konsumsi plastik kantongan sendiri diperkirakan tetap akan tumbuh di CAGR 7% dari tahun 2015-2020 nanti, hal ini disebabkan ya karena hal di atas tadi, kantong plastik telah dianggap sebagai bagian inti dari produk kemasan makanan itu sendiri yang hingga saat ini belum ada produk substitusinya. Selain itu, PBID sendiri juga getol memperluas jaringan distribusinya dimana saat ini perusahaan memiliki jangkauan distribusi dari Banda Aceh sampai Jayapura, dan telah berhasil mengekspor produknya ke Inggris, Amerika, Irlandia, Spanyol, Jerman, Belanda, Australia, Timur Tengah, Skandinavia, Somalia, dan Timor Leste. Saat ini merupakan perusahaan kantong plastik dengan jaringan distribusi terluas di Indonesia.
Well, sepertinya kita menemukan satu perusahaan dengan potensi yang cukup besar saat ini. Ada potensi harga PBID akan menembus 1000 apabila nanti pada laporan keuangan Q2 perusahaan masih mencatatkan kinerja positif. Saat ini belum banyak orang yang mungkin melirik PBID ini, karena perusahaannya sendiri baru listing akhir tahun lalu, dan juga kalah pamor dibandingkan sektor tambang, perbankan, ataupun konstruksi yang sejak tahun lalu hingga sekarang selalu disebut-sebut dan diagung-agungkan para analis sehingga sektor lain tampak seolah-olah tidak memiliki prospek. Ibarat sebuah pertunjukan, lampu sorot panggung tengah menyinari sektor-sektor tadi dan sektor seperti bisnis kantong plastik ini hanya bisa berdiri di pinggir panggung. Bisa jadi kedepannya PBID masih hanya akan berkutat di sekitar 900an atau bahkan mungkin bisa perlahan turun karena kurang diminati. Tetapi pada akhirnya, tetap fundamental perusahaan lah yang akan berbicara, dan ketika investor lain turut menyadari potensi bisnis kantong plastik ini, perlahan harga PBID akan beranjak naik dan menembus 1000. Disaat harganya sudah naik banyak, barulah para trader yang biasanya ikut-ikutan akan berebut untuk membeli saham ini di harga tinggi. Dan saat itu lah kita para investor justru akan mulai menjual.
*ps: Penulis memiliki saham PBID ini dengan range harga 950-980
PBID sendiri baru saja IPO pada Desember lalu dimana perusahaan menawarkan saham umum perdana sebanyak 375 juta lembar pada harga 850. Modal yang didapat dari penawaran perdana ini sudah tercatat di laporan keuangan 2017 sehingga jumlah total ekuitas perusahaan setelah IPO sebesar 1,1 Triliun. Dan untuk kinerja tahun 2017 dengan laba bersih sebesar 227 Milyar maka PBID memiliki return on equity sebesar 19,3%. Dengan RoE yang sebesar ini, jelas bisnis kantong plastik memiliki rasio profitabilitas yang tergolong cukup bagus. Sedangkan untuk kinerja Q1 2018, perusahaan membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 37.14%, jauh di atas pertumbuhan rata-rata industri plastik yang hanya sebesar 5%. Dan dengan pertumbuhan yang seperti ini, sangat besar kemungkinan bahwa perusahaan masih akan mencatat RoE di atas 19% pada akhir tahun nanti. Salah satu alasannya adalah, bisa dibilang bahwa produk PBID seperti kantong plastik, plastik bening untuk kemasan, kresek dan sejenisnya erat berkaitan dengan konsumsi masyarakat yang perputarannya sangat cepat. Dan menurut saya bisnis plastik seperti ini karakteristiknya dapat digolongkan ke dalam bisnis fast-moving consumer goods, dimana harga produk murah dan perputaran cepat sehingga memiliki sustainability tinggi seperti perusahaan-perusahaan FMCG pada umumnya. Walaupun biasanya bisnis kemasan hanya dianggap komplementer dari produk-produk FMCG itu, tapi untuk kantong plastik belum ada produk substitusi yang mampu menggantikan peran kantong plastik itu sendiri.
Kembali lagi berbicara tentang IPO PBID, di harga 850 PBID tergolong cukup murah dengan Pbv ketika itu sekitar 1,1 kali. Hal ini menyebabkan PBID termasuk salah satu perusahaan yang setelah IPO harganya justru tidak turun, tidak seperti kebanyakan perusahaan lain yang setelah IPO justru harganya kebanyakan perlahan turun atau justru malah terjun bebas karena kemahalan. Saham PBID memang melonjak naik setelah IPO, tetapi juga belum drastis-drastis banget naiknya. Setelah IPO, harga sahamnya meloncat ke 950an, lalu setelah itu sempat calm-down di 900an. Baru sejak awal mei lalu harga sahamnya perlahan naik lagi hingga hampir menembus 1000 lalu kemudian anteng lagi di 960-980 seperti sekarang. Dan ini berarti sejak IPO, saham PBID baru hanya naik gak sampe 15%. Nah, di harga 970an ini, Pbv PBID juga baru sekitar 1,4 kali, lagi-lagi masih tergolong murah bagi saya karena idealnya Pbv PBID ini seharusnya berada sekitar 1,8-2 kali. Penyebabnya ya karena PBID masih profit dan bertumbuh di 2018 ini dan sangat mungkin di akhir tahun nanti akan mencatatkan RoE di atas 20%.
Lalu dari segi resiko bisnisnya sendiri, terutama dari segi cost, PBID sangat bergantung kepada dua hal, yaitu harga minyak bumi dan nilai tukar rupiah. Kenapa minyak bumi? Karena plastik-plastik tersebut, entah berbentuk kantong kresek, plasting bening, plastik kemasan, sedotan, bungkus nasi, shopping bag dsb, semuanya berasal dari polypropylene (untuk pembuatan kantong plastik bening yang biasanya digunakan untuk memperjelas atau memperindah tampilan produk seperti bungkus untuk kue-kue basah di pasar) dan polyethylene (untuk pembuatan kantong plastik pembungkus cairan seperti santan, minyak, es, dan bahan padat lain). Dan kedua bahan ini semuanya berasal dari minyak bumi. Jadi kenaikan minyak bumi akan membuat beban produksi PBID juga ikut naik. Yang kedua yaitu nilai tukar rupiah dimana bahan baku tersebut kebanyakan diperoleh secara impor yang jual belinya dilakukan menggunakan dolar. Apabila rupiah melemah seperti saat ini, lagi-lagi dampaknya adalah beban produksi yang akan ikut naik. Untungnya, PBID juga melakukan ekspor dari penjualan plastik-plastik dan biji plastiknya, walaupun kontribusi ekspornya hanya 3% dari total pendapatan, tetapi paling tidak manajemen telah berusaha untuk memaksimalkan peluang dari bisnis kantong plastik ini dan berusaha menekan resiko dari nilai tukar rupiah tadi.
Jadi untuk 2018 ini dimana harga rupiah saat ini sangat lemah, dapat dipastikan akan membuat peningkatan beban pokok penjualan PBID. Satu-satunya agar perusahaan tetap bertumbuh ya PBID hanya perlu menjual kantong plastik lebih banyak lagi dan menekan biaya-biaya lain di luar beban produksi. Dan untungnya, produk PBID ini merupakan produk yang dibutuhkan semua orang dan biasanya dibeli dengan jumlah grosir (pedagang di pasar gak mungkin beli kantong plastik hanya satu pak dong) maka penjualan plastik hampir dipastikan akan selalu meningkat. Walaupun terjadi perlambatan ekonomi beberapa waktu lalu bahkan hingga sekarang tetapi konsumsi plastik kantongan sendiri diperkirakan tetap akan tumbuh di CAGR 7% dari tahun 2015-2020 nanti, hal ini disebabkan ya karena hal di atas tadi, kantong plastik telah dianggap sebagai bagian inti dari produk kemasan makanan itu sendiri yang hingga saat ini belum ada produk substitusinya. Selain itu, PBID sendiri juga getol memperluas jaringan distribusinya dimana saat ini perusahaan memiliki jangkauan distribusi dari Banda Aceh sampai Jayapura, dan telah berhasil mengekspor produknya ke Inggris, Amerika, Irlandia, Spanyol, Jerman, Belanda, Australia, Timur Tengah, Skandinavia, Somalia, dan Timor Leste. Saat ini merupakan perusahaan kantong plastik dengan jaringan distribusi terluas di Indonesia.
Well, sepertinya kita menemukan satu perusahaan dengan potensi yang cukup besar saat ini. Ada potensi harga PBID akan menembus 1000 apabila nanti pada laporan keuangan Q2 perusahaan masih mencatatkan kinerja positif. Saat ini belum banyak orang yang mungkin melirik PBID ini, karena perusahaannya sendiri baru listing akhir tahun lalu, dan juga kalah pamor dibandingkan sektor tambang, perbankan, ataupun konstruksi yang sejak tahun lalu hingga sekarang selalu disebut-sebut dan diagung-agungkan para analis sehingga sektor lain tampak seolah-olah tidak memiliki prospek. Ibarat sebuah pertunjukan, lampu sorot panggung tengah menyinari sektor-sektor tadi dan sektor seperti bisnis kantong plastik ini hanya bisa berdiri di pinggir panggung. Bisa jadi kedepannya PBID masih hanya akan berkutat di sekitar 900an atau bahkan mungkin bisa perlahan turun karena kurang diminati. Tetapi pada akhirnya, tetap fundamental perusahaan lah yang akan berbicara, dan ketika investor lain turut menyadari potensi bisnis kantong plastik ini, perlahan harga PBID akan beranjak naik dan menembus 1000. Disaat harganya sudah naik banyak, barulah para trader yang biasanya ikut-ikutan akan berebut untuk membeli saham ini di harga tinggi. Dan saat itu lah kita para investor justru akan mulai menjual.
*ps: Penulis memiliki saham PBID ini dengan range harga 950-980
Wahhh, masih pegang sahamnya gak pak sekarang?
ReplyDeleteKalau saya baru ngumpulin saham ini dari bulan kemarin, AVG di 867.
Saya suka dg perusahaan ini karena :
1. Gencar Ekspansi
2. Perusahaan nya terpadu, produksi + distribusi.
3. Merambah pasar ekspor, semoga yg di Malaysia pabrik nya bisa nambah
4. Dalam melakukan ekspansi menggunakan kas pribadi.
5. Liabilitasnya turun dr tahun ke tahun
Tapi ada PR yg harus dikerjakan perusahaan ini yaitu adanya larangan penggunaan kantong plastik sekali pakai. Semoga cepat dapat diversifikasi produk.
Wah, sayangnya sudah saya jual Pak. Saya cuma pegang 3 bulan dan uangnya saya belikan WEGE waktu itu.
DeleteIya manajemennya konservatif Pak, dan betul, salah satu kekhawatiran untuk megang saham ini dalam jangka panjang adalah larangan penggunaan kantong plastik karena sekarang mulai marak gerakan save planet no plastic.