Thursday, June 21, 2018

Idul Fitri 1439H

Pemerintah beberapa waktu lalu akhirnya mengumumkan menambah cuti bersama lebaran 1439H sebanyak 3 hari, dari sebelumnya hanya empat menjadi tujuh hari. Hal ini tentunya juga menambah jadwal libur bursa saham di Indonesia sehingga selama bulan Juni total hari bursa efektif hanya sekitar 13 hari. Beberapa pihak menyayangkan keputusan pemerintah tersebut karena tentu saja mengurangi produktivitas para trader dan investor. Bayangkan berapa jumlah potensi transaksi yang hilang dalam 3 hari tersebut, dimana dalam satu hari saja perputaran uang di bursa mencapai belasan triliun.

Lalu, sebagai investor, apa yang dapat kita lakukan di masa libur bursa saat ini?


1. Perbanyak sedekah dan berbagi

Apa hubungannya masa libur bursa dengan sedekah dan berbagi? Tentu saja ada hubungannya, seorang investor ataupun trader profesional tentunya kebanyakan tergolong kedalam orang-orang yang sudah memiliki awareness tentang pentingnya mengatur portofolio uang, harta, dan kekayaan. Beberapa investor sangat ketat mengatur pengeluaran dan membagi pendapatannya ke masing-masing pos keuangannya. Mereka tidak hanya tampil sederhana, tetapi menerapkan kesederhanaannya ke dalam pola pikir dan tingkah laku sehari-hari. Meskipun tidak semua investor dan trader menerapkan prinsip seperti ini karena banyak juga di luar sana investor dan trader yang mempunyai gaya hidup mewah.

Oke, lalu hubungannya? Mari kita ingat lagi metode perencanaan portofolio kekayaan masing-masing, ketika kita menerima suatu income, otak kita refleks membagi-bagi income tersebut ke beberapa pos seperti pos kebutuhan sehari-hari, pos tabungan, pos investasi, dan lain-lain. Income tersebut kemudian begitu cepat mengalir dari rekening ke supermarket, atau dari rekening ke rekening tabungan lain, atau dari rekening kemudian ke RDI untuk kemudian dibelikan saham. Mindset seperti ini kemudian mendidik kita sebagai investor untuk disiplin dalam merencanakan portofolio kekayaan kita masing-masing. Tapi coba Anda ingat-ingat lagi, kapan terakhir kali Anda memiliki pemikiran secara sadar untuk menyisihkan income yang didapat ke masjid yang tengah dibangun atau pesantren anak yatim atau bahkan ke petugas kebersihan di sekitar komplek yang setiap hari mengambil sampah dari bak sampah depan rumah Anda?

Ketika kemaren kita baru saja mendapatkan thr dari perusahaan, berapa banyak dari kita yang secara sadar membuat suatu pos yang bernama "pos sedekah"? Kebanyakan kita secara refleks membagi thr menjadi pos belanja kue lebaran, belanja baju lebaran, ongkos mudik, biaya lifestyle di kampung, dan lain-lain. Beberapa lagi mungkin seperti pos untuk kasih thr ke orang tua, kerabat, keponakan, dan tetangga sekitar rumah di kampung. 

Nah, menurut pendapat penulis sendiri, libur lebaran yang panjang inilah saat yang tepat untuk "memanusiakan kembali" diri kita setelah setahun penuh disibukkan dengan pemikiran dan aktivitas-aktivitas di bursa saham. Setahun penuh kita menganalisis, beli saham, jual saham untuk meningkatkan nilai portofolio kita. Dan kini saatnya untuk membagikan rejeki yang didalamnya juga terdapat hak-hak dari golongan yang kurang mampu.

"Tapi saat ini saya sedang nyangkut, rugi besar malah, kok malah disuruh perbanyak sedekah?".

Ketika anda sedang stres karena lagi nyangkut dan dalam posisi loss besar, justru sedekahlah jawabannya. Bagi Anda yang belum tau, silakan googling Warm-Glow effect. Warm-Glow Effect  ini merupakan suatu fenomena yang dikemukakan oleh James Andreoni pada tahun 1989, dimana fenomena ini menunjukkan suatu dampak emosi positif bagi orang-orang yang beramal dan berbagi ke kelompok lain yang membutuhkan. Suatu studi dilakukan pada tahun 2006 untuk meneliti kebenaran fenomena ini secara ilmiah oleh Jorge Moll dari National Institute of Health. Ia menemukan bahwa beberapa area di otak yang berkaitan dengan kenyamanan, koneksi sosial, dan rasa percaya menjadi aktif ketika seseorang mendonasikan hartanya ke sebuah yayasan, ataupun ketika seseorang menolong orang lain yang sifatnya bukan harta. Peneliti juga menemukan bahwa ketika melakukan tindakan "dermawan" tersebut, otak akan melepaskan endorfin yang menyebabkan munculnya perasaan positif yang disebut "Helper's high". Otak juga memproduksi dopamin yang memberikan perasaan bahagia dan keyakinan bahwa tindakan kita merupakan suatu hal yang benar, serta hormon oxytocin yang dapat mengurangi stres, meningkatkan imunitas, dan rasa percaya dalam interaksi sesama manusia.

Jadi dengan bersedekah, maka stres akan berkurang, beban serasa berkurang, dan pikiran kembali jernih. Pikiran yang jernih akan sangat membantu kita untuk memaksimalkan dan menikmati liburan di kampung halaman bersama sanak saudara. Dan dengan pikiran yang jernih, maka kita bisa kembali menganalisis dan bertindak dengan lebih baik. Karena bagi Anda yang sudah berpengalaman dan matang di bursa saham tentu setuju bahwa ketenangan dan pikiran yang jernih merupakan hal yang sangat dibutuhkan ketika melakukan jual beli saham. Penulis sendiri selalu memiliki catatan pribadi mengenai dua hal ini, yang senantiasa dijadikan pengingat ketika akan melakukan jual beli saham. Calm, and clear as crystals.

Satu lagi hal yang tidak kalah penting, bahwa sedekah justru bukan mengurangi harta kita, tetapi malah akan semakin menambah harta tersebut. Penulis sendiri seorang muslim, dan hal ini dijelaskan berulang kali di Alquran maupun hadist. Sedangkan di dunia saham sendiri, Anda bisa memerhatikan role model seperti Warren Buffet ataupun Bill Gates. Opa WB sendiri sudah mendonasikan hampir 40% kekayaannya untuk kegiatan philantropis, dan ia sendiri pernah menyatakan bahwa secara bertahap akan mendonasikan 99% dari hartanya, sedangkan Bill Gates sudah mendonasikan hampir 30 milyar dollar dalam 10 tahun terakhir ke yayasannya yaitu The Bill and Melinda Gates Foundation dan juga berencana akan mendonasikan 99% hartanya seperti Warren Buffet. Dan Anda sendiri bisa melihat, kedua orang tersebut sampai saat ini masih termasuk ke dalam jajaran orang terkaya di dunia walaupun telah mendonasikan sebagian besar harta kekayaannya.

2. Refleksi Diri

Libur bursa selama 7 hari ini sebaiknya juga dijadikan sebagai ajang refleksi mengenai performa dan metode yang tengah kita gunakan saat ini. Untuk performa, penulis sendiri memakai cara yang paling mudah, yaitu membandingkan dengan performa pasar saat ini. Katakanlah Anda membeli saham pada awal tahun, lalu hingga bulan ini Anda hanya mendapatkan growth 10%, meskipun tidak terlalu besar, tapi dengan membandingkan performa pasar yang malah mengalami koreksi 5% maka performa Anda terbilang cukup bagus karena menurut penulis di dunia saham yang terpenting adalah bagaimana cara kita mengelola portofolio agar performa portofolio kita melebihi performa pasar. Mengenai besaran target maka itu sifatnya subjektif. Setiap orang bisa mempunyai target yang berbeda tergantung kapabilitas dan pengalaman masing-masing di bursa saham.

Dan yang tidak kalah penting menurut penulis adalah refleksi mengenai metode yang selama ini pernah kita terapkan. Bagi Anda yang telah menggeluti dunia saham selama bertahun-tahun, pasti mengetahui pasti bahwa meski aktivitas di bursa saham hanya melakukan jual beli, tetapi ilmu yang melingkupinya sangatlah dalam. Seseorang yang memulai bermain saham bisa saja menggunakan metode technical analysis (TA) terlebih dahulu untuk mendapatkan profit yang diinginkannya. Bahkan mungkin bagi sebagian pemula tidak melalukan analisis sama sekali, tetapi hanya berdasarkan info-info dari kerabat, broker, atau bahkan info sepele yang dibaca di media terkait aktivitas sebuah perusahaan. Seiring berjalannya waktu, secara tidak sadar kita akan mulai mengevaluasi "gaya investasi" kita tadi. Bisa saja kemudian seorang pemula yang awalnya tidak melakukan analisis sama sekali kemudian mulai menyadari bahwa caranya bermain saham tidak optimal. Lalu ia mulai membeli buku mengenai analisis saham atau bahkan mengikuti training investasi yang jamak ada saat ini. Dan seterusnya, gaya investasi tadi akan terus berkembang, bisa berubah, ataupun bahkan semakin dalam ilmunya seiring berjalannya waktu dan bertambah pengalamannya.

Dalam libur bursa kali ini, manfaatkan waktu yang tersedia untuk melakukan refleksi tadi. Baik dalam situasi "untung" maupun tengah "nyangkut". Bahkan kondisi "nyangkut" tadi menurut penulis adalah kondisi yang sangat berharga, karena seseorang yang mengalami "nyangkut" tadi akan lebih banyak mencari tahu penyebab kerugiannya dan mencari solusinya dibandingkan seseorang yang tengah mendapatkan keuntungan. Terlebih bagi para pemula yang diawal-awal memulai bermain saham langsung mendapatkan keuntungan walaupun terkadang keuntungannya disebabkan oleh faktor "luck". Situasi tersebut sangat berbahaya karena dapat menyebabkan orang tersebut "lengah" dan merasa jumawa seolah ilmunya di dunia saham sudah sangat tinggi sehingga tidak perlu diimprove lagi. Tetapi sebaliknya, apabila seorang pemula justru mengalami kerugian maka ia akan lebih banyak mendapatkan pembelajaran dan pengalaman dibalik kerugiannya tersebut. Tidak ada yang salah ketika kita mengalami kerugian selama setahun atau dua tahun sejak mulai bermain saham. Tetapi yang salah adalah apabila kita tidak belajar dari kerugian tersebut. Anggap saja kerugian tersebut sebagai cost yang kita keluarkan untuk ilmu dan pengalaman yang selama ini kita dapatkan.

No comments:

Post a Comment