Thursday, April 23, 2020

Strategi Ketika Krisis

Dalam tulisan sebelumnya kita sudah membahas bahwa market sebenarnya sudah megap-megap sejak tahun 2018. IHSG sudah mencapai puncaknya ketika januari 2018, sempat ada koreksi lalu naik lagi dan sepanjang 2019 ihsg berada di range 6000an. Tapi selama 2019 IHSG juga tidak pernah naik lebih tinggi lagi, karena memang saat itu rasanya bursa sudah kemahalan dimana salah satu tanda-tandanya adalah kita kesulitan menemukan saham undervalue.

Hingga kemudian pada maret ini pasar turun begitu cepat dikarenakan oleh pandemi Covid-19 hampir di seluruh negara, yang mengakibatkan kekhawatiran investor terhadap krisis global yang akan terjadi kedepannya. Titik terendah IHSG sampai dengan saat ini yaitu pada akhir maret lalu yang harganya bahkan di bawah 4000 dan tidak ada yang tau apakah masih akan ada titik terendah lainnya dalam beberapa waktu ke depan sampai krisis mereda dan ekonomi pulih kembali.

Berkaca pada krisis-krisis yang pernah terjadi sebelumnya pada tahun 2008 dan 2015, biasanya koreksi pasar berlangsung selama setahun penuh yang menyebabkan IHSG bergerak sideways, dan pasar baru pulih pada tahun berikutnya. Krisis saat ini bisa dibilang lebih parah dibanding krisis tahun 2008 dan 2015 lalu karena cakupannya global dan tepat menghantam aktivitas consumer spending, dimana masyarakat diam di rumah saja, tidak pergi kemana-mana, belanja pun hanya kebutuhan pokok untuk bertahan hidup sehingga menyebabkan kontraksi ekonomi, uang tidak berputar, dan ini dampaknya sudah bisa kita lihat langsung di sekeliling kita dimana pekerja-pekerja informal tidak lagi mendapatkan pemasukan, perusahaan mulai memotong gaji karyawan bahkan melakukan PHK, dan sebagainya.




Dengan melihat kondisi real belakangan, sangat mungkin bahwa krisis tahun ini bisa membuat pasar pulih lebih lama. Pasar baru akan pulih setelah investor benar-benar yakin bahwa krisis telah reda dan dikonfirmasi dengan laporan keuangan perusahaan perusahaan yang mulai membukukan pertumbuhan lagi. Jadi bisa dibilang bahwa investor punya waktu paling tidak satu tahun dalam mempersiapkan mental, strategi dan analisis yang matang sebelum memutuskan membeli saham. Dan apa strategi yang dibutuhkan agar kita sebagai investor dapat memaksimalkan momentum krisis ini dan meraih profit maksimal ketika pasar pulih?

  1. Siapkan Peluru. Krisis pasar menjadi big opportunity bagi seorang investor dan mengenai hal ini sudah kita bahas dalam tulisan sebelumnya disini. Seorang investor berpengalaman biasanya sudah mulai menjual sahamnya dan memegang cash ketika tanda-tanda koreksi semakin jelas. Tapi seandainya apabila kita sudah terlanjur tidak punya cash, maka bisa menunggu rebound market lalu menjual sebagian saham perusahaan yang dimiliki agar memiliki peluru untuk memanfaatkan momentum krisis saat ini.
  2. Cari saham super murah yang berpotensi memberikan profit berkali-kali lipat

    Saham ini sering disebut juga dengan saham multibagger, dan sangat sulit ditemukan ketika pasar dalam kondisi normal. Contohnya di sepanjang 2019 lalu dimana HSG cenderung sudah overvalue dan kita kesulitan menemukan saham-saham undervalue yang bagus (dan ini salah satu penyebab kenapa blog ini sangat sepi di sepanjang 2019, walaupun sebenarnya karena penulis lagi malas saja dan tidak bersemangat 😆). Tapi ketika market krisis seperti saat ini, ada puluhan saham bahkan ratusan saham yang undervalue di luar sana. Dan diantara saham-saham undervalue tersebut pasti terdapat saham-saham multibagger, yang kata Lo Kheng Hong "salah harga", yang tidak mencerminkan nilai perusahaannya sehingga ketika nanti pasar mulai pulih maka saham-saham ini bisa naik berkali-kali lipat.

    Apa saja ciri-ciri saham multibagger ini?
    a. Pbv < 0,5 dan per < 10
    b. Perusahaannya biasanya ternama, atau memiliki pangsa pasar cukup bagus di industrinya
    c. Perusahaannya pernah memiliki kinerja bagus di masa lalu karena bisnisnya cyclical

    Satu lagi syarat tambahan untuk meminimalisir resiko perusahaan bangkrut ketika krisis, sebaiknya pilih perusahaan dengan hutang yang kecil, sebaiknya DER < 0,6, semakin kecil semakin baik. Perhatikan juga mata uang yang digunakan, apabila hutangnya dalam dolar semua perlu diperhatikan kemampuan cash perusahaan untuk membayar bunga hutang-hutang tersebut dengan nilai tukar rupiah saat ini karena ketika krisis nilai mata uang rupiah akan anjlok seperti saat ini dan tentu dengan hutang dalam dollar akan menambah beban bunga yang harus dibayar perusahaan.

    (*Next, dalam tulisan berikutnya kita akan bahas beberapa saham yang menurut penulis sangat murah dan berpotensi memberikan return berkali-kali lipat)
  3. Strategi masuk dan keluar

    Apabila menemukan saham seperti di atas, tidak perlu buru-buru untuk membeli, kecuali Anda menemukan perusahaan bagus (atau pernah bagus) yang sangat sangat murah sekali misal pbvnya 0,1an, maka bisa saja langsung hajar kanan ketika itu. Tapi apabila perusahaannya masih dalam range pbv 0,4-0,7 maka belinya bisa dicicil terlebih dahulu. Pembelian berikutnya dapat dilakukan ketika momentum pasar koreksi lagi atau harganya saat itu telah turun > 20% dari harga beli pertama.

    Tetap perlu waspada, jangan sampai memilih perusahaan mediocre yang tidak punya competitive advantage apa-apa dibanding pesaingnya, maka meskipun pbvnya sudah 0,4 bisa saja dia turun lebih lanjut sampai pbv 0,1an. Ingat bahwa perusahaan yang dipilih memiliki ciri seperti poin 1b dan 1c di atas.

    Perlu diperhatikan juga impact sebenarnya dari krisis Covid-19 ini terhadap perusahaan yang akan kita pilih, dan itu baru akan ketahuan ketika laporan keuangan Q1 dan Q2 perusahaan keluar. Karena ketika laporan keuangan perusaahaan pada kedua kuartal tersebut keluar dan krisis ternyata berimpact sangat parah terhadap bisnis perusahaan maka bisa saja saham perusahaan akan turun lebih jauh, sehingga sekali lagi tidak perlu terburu-buru untuk membeli suatu saham yang telah menjadi incaran, karena pasar pulih membutuhkan waktu lama, pandeminya saja belum pulih, apalagi ekonominya. Jadi karena laporan keuangan ini paling cepat baru akan keluar bulan depan bahkan bisa saja Juni untuk laporan Q1nya karena ada revisi batas waktu publikasi laporan keuangan dari BEI, maka strategi untuk menyicil pembelian sangat penting untuk menghindari resiko kehabisan cash untuk average down ketika saham perusahaannya turun lebih jauh.

    Bagaimana kalau kita sudah terlanjur menghabiskan semua cash untuk membeli saham suatu perusahaan tapi posisinya nyangkut ? Apabila setelah dianalisis ternyata kita tetap yakin bahwa perusahaan ini bisa pulih dimana dari laporan keuangan terakhir perusahaan terdampak krisis tapi masih sehat-sehat saja, maka kita dapat menjual sebagian saham yang kita punya agar memiliki cash untuk nanti average down di harga bawah, ataupun membeli saham multibagger lainnya. Tapi apabila ternyata perusahaannya sampai rugi parah dan anggaplah misal tidak mampu bayar hutang dsbnya, maka mau tidak mau kita harus cut loss.

    Lalu bagaimana strategi keluar? Tidak perlu buru-buru keluar, tunggu sampai krisis reda dan perusahaan mulai membukukan pertumbuhan lagi, ketika perusahaan sudah mulai pulih cukup pantau laporan keuangan kuartal perusahaan, apabila masih tetap bertumbuh tetap keep saja sahamnya, tetapi apabila ternyata perusahaan mengalami suatu force majeure sehingga jadinya tidak layak invest lagi, maka kita dapat jual sahamnya dan beralih ke saham lain yang masih murah.
  4. Portfolio Management

    Saham multibagger tetap saja memiliki resiko besar dibaliknya, sehingga tidak bijak apabila semua portofolio kita isinya saham-saham high-gain high-risk ini. Tetap miliki saham-saham bluechip 20-30% dari total portofolio kita, maksimal 30% untuk saham-saham middle cap yang undervalue, dan selebihnya sekitar 40% untuk saham-saham multibagger ini. Kenapa komposisinya paling besar? Karena justru disitu strateginya, pasar krisis seperti saat ini tidak terjadi setiap hari, terakhir pasar mengalami krisis pada 2008 lalu sehingga justru disinilah waktunya untuk menumpuk saham-saham super murah dengan potensi high-gain di portofolio kita.

Ketiga strategi di atas dapat dituliskan dengan mudah tetapi dalam aplikasinya cukup susah karena memerlukan pengalaman untuk dapat berpikir jernih, rasional dan bertindak tenang di dalam kondisi krisis. Seseorang yang baru saja memasuki dunia saham setahun dua tahun terakhir tentu memiliki pemahaman dan pemikiran yang berbeda dengan seseorang yang telah berinvestasi saham selama 5 tahun atau 10 tahun dimana mereka sudah pernah mengalami paling tidak satu kali krisis di masa investasinya. Tetapi pengalaman tidak berarti tanpa adanya kemauan untuk belajar, karena ada banyak orang di luar sana yang telah main saham mungkin 10 tahun lebih tapi sampai saat ini masih tik-tok tik-tok tidak jelas. 

Kenapa hal ini terjadi? karena kurangnya kemauan untuk belajar, belajar ilmu baru dan belajar dari kesalahan investasi yang pernah dilakukannya. Jadi, tetap tenang bagi para investor pemula yang baru saja memasuki pasar saham setahun atau dua tahun belakangan, perbanyak mencari ilmu, belajar dari kesalahan yang pernah terjadi dan belajar dari kesalahan investor lain. Seandainya ternyata setelah masa krisis ini nanti ternyata malah rugi di saat pasar telah pulih, anggap saja sebagai cost of learning, bangkit lagi dan cari ilmu lebih giat lagi melalui buku-buku, artikel-artikel ataupun mengikuti kelas investasi. Semakin giat kita menambah ilmu dan wawasan tentang investasi saham, maka semakin singkat waktu yang dibutuhkan untuk bisa menjadi investor berpengalaman yang bisa memanfaatkan momentum koreksi pasar dengan maksimal 😃

*image source: The Straits Times

1 comment:

  1. Historically, many casinos, each online and offline, have been unwilling to publish individual sport RTP figures, making it unimaginable for the player to 1xbet know whether or not they are half in} a "free" or a "tight" sport. Historically, all slot machines used revolving mechanical reels to show and decide results. Although the unique slot machine used 5 reels, easier, and therefore more dependable, three reel machines shortly turned the standard. Short pay refers to a partial payout made by a slot machine, which is lower than the quantity outcome of} player. This occurs if the coin hopper has been depleted as a result of|because of|on account of} making earlier payouts to players.

    ReplyDelete