Sunday, May 3, 2020

Saham Potensi Multibagger: PTPP

Pada tulisan sebelumnya kita sudah bahas singkat bagaimana cara berinvestasi di masa krisis seperti saat ini. Salah satu opportunity yang hadir yaitu banyaknya saham-saham super murah yang bisa memberikan profit berkali-kali lipat ketika ekonomi dan pasar pulih nanti atau biasa disebut saham multibagger. Ciri-cirinya juga sudah disebutkan dimana biasanya saham multibagger memiliki Pbv < 0,5 dan Per < 10, selain itu perusahaannya adalah perusahaan ternama, punya market share yang dominan dalam bisnisnya, ataupun perusahaan yang cyclical yang ketika bisnisnya pada masa lalu berada di puncak maka labanya naik pesat sehingga mengerek fundamental dan harga sahamnya.

Apabila kita urut nilai Pbv saham-saham saat ini mulai dari Pbv terendah hingga tertinggi (maksimal 0,5), maka dengan hanya melihat sekilas nama-nama saham yang ada dalam list tersebut, kita akan menemukan perusahaan yang sangat tidak asing ini, yang biasanya dihargai paling tidak 1 kali ekuitasnya pada kondisi market normal, tapi saat ini bahkan Pbvnya hanya 0,3! Perusahaannya tidak lain adalah PTPP.


Saking murahnya PTPP saat ini, market capnya bahkan jauh lebih rendah dibandingkan uang cash yang dimiliki perusahaan saat ini. Market capnya di harga 670 sekitar 4 Triliunan, sedangkan berdasarkan laporan keuangan terakhir, PTPP punya duit cash sebesar 9 Triliun. Karena harganya yang sangat murah ini, maka dengan mengasumsikan ketika pasar pulih nanti harga PTPP balik saja katakanlah ke harga Pbv 1 kali, maka potensi profit yang dihasilkan paling tidak tiga kali lipat dari harganya saat ini.

Pertanyaannya sekarang adalah, bisakah PTPP bertahan di tengah kondisi krisis seperti saat ini mengingat sektor konstruksi dan infrastruktur sudah pasti akan terdampak cukup parah karena proyek-proyek baru pasti akan dihold oleh pemerintah ataupun swasta. Akibatnya pendapatan perusahaan sudah pasti akan turun dibandingkan tahun kemaren. Cashflow pun bisa jadi hanya memanfaatkan pembayaran proyek handover yang belum selesai tahun kemaren.

Untuk menjawab pertanyaan tadi, mau tidak mau kita harus menunggu paling tidak sampai kuartal II nanti. Karena dampak corona baru dirasakan di Indonesia pada awal maret lalu setelah presiden mengumumkan kasus pertama, jadi mungkin laporan Q1 belum mencerminkan kondisi real dampak dari krisis corona terhadap bisnis dan fundamental perusahaan. Jadi mau tidak mau kita tetap harus bersabar hingga paling tidak sampai bulan Juli/Agustus nanti, menunggu rilis laporan keuangan Q2 sembari juga menunggu update perkembangan penanganan Covid-19 di Indonesia dan juga Global.

Karena pergerakan saham-saham dan juga IHSG akan cenderung sideways kedepannya, paling tidak menjelang laporan Q1 dan Q2 keluar atau selama tidak ada munculnya berita-berita yang bikin panik investor lagi (dan siapa yang bisa menebak kejadian apa yang akan terjadi?), maka kita bisa memanfaatkan untuk menyicil PTPP ini ketika harganya dibawah. Dan ingat, jangan menggunakan seluruh dana, pakai 1/3 atau paling tidak 1/2 dana alokasi, sisanya disimpan dulu sampai nanti rilis laporan keuangan Q1 dan Q2 keluar.

No comments:

Post a Comment