Saham batubara saat ini sedang tidak menarik, selain karena harga batubara yang tengah anjlok, juga karena hampir semua negara terkena impact perlambatan bahkan kontraksi ekonomi akibat pandemi Covid 19, sehingga permintaan akan batubara sebagai energi bahan baku utama yang dibutuhkan oleh industri-industri, pembangkit listrik otomatis menurun. Dan sampai saat ini masih belum tampak arah kapan akan berakhirnya pandemi ini. Sementara semboyan-semboyan new-normal mulai digaungkan, beberapa negara yang telah mulai membuka aktivitas ekonominya kembali mengalami peningkatan jumlah positif Covid-19, sehingga semboyan new-normal tadi masih akan membutuhkan waktu untuk dapat diadaptasi oleh pelaku industri. Dan apabila seandainya new-normal berhasil diadaptasi, tetapi secara nilai ekonomi tidak akan pernah sama lagi seperti sebelum masa pandemi. Terkecuali apabila vaksin atau antivirus dari Covid-19 ini segera ditemukan, maka waktu yang dibutuhkan agar ekonomi dapat pulih lagi lebih cepat.
Pandemi ini juga mengharuskan kita para investor untuk lebih berhati-hati dalam menganalisis bisnis yang akan kita pilih. Selain harus meneliti prospek industri perusahaan tersebut setelah pandemi, maka perlu diperhatikan juga resiko hutang yang dimiliki. Dari segi industri, maka sebenarnya prospek industri batubara kedepannya masih bisa dibilang positif, meskipun permintaan China akan batubara berangsur-angsur menurun, saat ini ada banyak negara berkembang yang menjadi pendorong utama menggantikan permintaan China, seperti negara-negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Meskipun saat ini permintaan akan batubara menurun karena memang roda industri di masing-masing negara tersebut dipaksa melambat, tapi dalam jangka menengah-panjang, batubara tetap masih akan dibutuhkan sebagai komoditas pembangkit energi di negara-negara berkembang tadi yang belakangan industrinya tumbuh sangat cepat. Dan pandemi ini bukan berarti akan menghentikan prospek tadi, tapi hanya menunda sebelum nanti keadaan berangsur pulih.
Apabila pada tulisan sebelumnya kita membahas tentang PT. Bukit Asam Tbk, yang fundamentalnya cenderung lebih solid, kali ini kita akan membahas salah satu operator tambang batubara, yaitu Delta Dunia Makmur, yang harga sahamnya terus turun dari puncaknya awal 2018 pada harga 1100an sampai mentok di 90an pada market crash Maret 2020 kemaren dan sekarang cenderung adem di 120-130an. Dibandingkan dengan PTBA yang sahamnya hanya turun setengahnya dari puncaknya pada 2018, DOID sudah turun seperseluh dari harga puncaknya. Dan jika PTBA kemungkinan besar masih akan membukukan laba (walaupun pasti tergerus) pada tahun ini, bagaimana dengan DOID? Apakah cocok menjadi pilihan saham multibagger yang potensi profitnya bisa berkali-kali lipat lebih besar dibandingkan PTBA?
DOID ini sejatinya tidak menjalankan langsung bisnis kontraktor batubara, tapi melalui perusahaan entitas anak dari DOID ini yaitu PT. Bukit Makmur Mandiri Utama atau dikenal juga dengan BUMA. DOID ini berdiri pada 1990 yang ketika itu memulai usahanya sebagai produsen tekstil benang, katun, dan poliester. Lalu pada 2008 berpindah industri ke properti komersial dan industri. Pada 2009 Northstar Tambang Persada Ltd, sebuah konsorsium investasi, mengakuisisi saham DOID dan kemudian membeli 100% saham BUMA, dan sejak saat itu DOID resmi menjadi holding company bagi BUMA.
DOID ini sejatinya tidak menjalankan langsung bisnis kontraktor batubara, tapi melalui perusahaan entitas anak dari DOID ini yaitu PT. Bukit Makmur Mandiri Utama atau dikenal juga dengan BUMA. DOID ini berdiri pada 1990 yang ketika itu memulai usahanya sebagai produsen tekstil benang, katun, dan poliester. Lalu pada 2008 berpindah industri ke properti komersial dan industri. Pada 2009 Northstar Tambang Persada Ltd, sebuah konsorsium investasi, mengakuisisi saham DOID dan kemudian membeli 100% saham BUMA, dan sejak saat itu DOID resmi menjadi holding company bagi BUMA.
Berdasarkan laporan keuangan 2019, DOID masih membukukan laba bersih $20 Jt, turun jauh dibandingkan tahun 2018 yang sebesar $75 Jt. Penyebabnya tidak lain karena jebloknya harga batubara sepanjang 2019 kemaren. Sampai dengan saat ini bahkan harga batubara belum menunjukkan adanya tanda-tanda akan pulih, terlebih pandemi Covid-19 ini sepertinya masih belum akan usai. Jadi, pada 2020 ini dapat dipastikan bahwa laba DOID masih akan jeblok bahkan sangat mungkin sekali merugi. Selain itu, pada 2020 ini DOID juga kehilangan salah satu pelanggan terbesarnya.
Ya, pada tahun ini secara resmi DOID tidak lagi memiliki kontrak pengupasan batubara dengan Kideco Jaya Agung, padahal pendapatan dari Kideco berkontribusi hampir sebesar 10% dari total pendapatan DOID. Penyebabnya tidak lain karena INDY, yang pada 2017 lalu resmi menambah porsi kepemilikannya menjadi 97% atas Kideco, (tentu saja) lebih memilih Petrosea (PTRO) yang juga merupakan anak usaha INDY untuk mengerjakan tambang batubara Kideco. Selain itu, ada resiko lain yang tengah dihadapi oleh DOID, yaitu kontrak besar dengan Berau Coal untuk tambang Binungan yang akan habis akhir tahun ini padahal kontribusi volume tambang Binungan terhadap DOID sebesar 42%. Sehingga apabila ternyata pada akhir tahun nanti DOID tidak berhasil melakukan perpanjangan kontrak dengan Berau, maka makin suram lah prospek DOID ini kedepannya.
Selain faktor habisnya jangka waktu kontrak di atas, ada beberapa hal yang menjadi perhatian penulis terhadap DOID ini:
- DOID tidak memiliki tambang batubara sama sekali!Jadi saat ini bisnis usaha dari DOID yang berkontribusi terhadap pendapatan DOID ini murni 100% hanya dari pendapatan kontraktor tambang melalui BUMA. Sebenarnya DOID sempat memiliki IUP (izin usaha pertambangan) di 2 lokasi yaitu di Jambi dan Kutai Barat pada 2015 lalu. Tapi entah kenapa pada 2018 DOID akhirnya mengembalikan IUP ini kepada pemerintah, mungkin saja setelah dieksplorasi ternyata tidak ditemukan kandungan batubara, atau bisa saja kekurangan modal karena pada 2015-2016 harga batubara anjlok sehingga iklimnya kurang mendukung ketika itu. Tapi yang jelas saat ini DOID tidak memiliki tambang batubara sama sekali, dan bagi penulis hal tersebut sangat aneh, dan keanehannya berkaitan dengan poin kedua berikut.
- Northstar sebagai Entitas Pengendali DOID.Tadi sudah penulis sebutkan bahwa Northstar mengakuisisi 40% saham DOID pada 2009, dan berarti sekarang sudah 10 tahun lebih Northstar menjadi Entitas Pengendali DOID. Dan menurut penulis selama 10 tahun tersebut tidak ada perkembangan berarti yang dialami oleh DOID selain hutang yang terus menumpuk. Biasanya sebuah holding company akan melakukan ekspansi industri dari hulu ke hilir. Seperti misalnya Adaro, selain sebagai pemilik tambang, Adaro juga memiliki kontraktor tambang sendiri yaitu Saptaindra Sejati (SIS). Indika yang pada awalnya memiliki tambang batubara melalui Kideco kemudian mengakuisisi Petrosea sebagai kontraktor tambang.
Tapi berbeda dengan DOID, perusahaan sama sekali tidak tertarik untuk memiliki tambang batubara sendiri, pernah punya, tapi kemudian tidak terjadi apa-apa dan hanya buang-buang modal saja. Sehingga penulis merasa Northstar sebagai entitas pengendali tidak memiliki fokus jangka panjang untuk DOID ini. Coba seandainya sejak 2009 lalu DOID mulai merencanakan strategi untuk punya tambang sendiri, sekarang mungkin DOID sudah memiliki revenue stream lain selain dari BUMA. Dan BUMA sendiri dapat terbantu juga apabila seandainya DOID memiliki tambang sendiri, BUMA tidak perlu repot-repot mencari klien lain, karena biasanya bisnis batubara memiliki pemain yang hanya berputar-putar di situ saja.Dan memang, beberapa waktu lalu santer diberitakan bahwa Northstar akan keluar dari DOID ini, tapi entah kenapa sampai sekarang tidak terdengar lagi beritanya dan Northstar masih menjadi entitas pengendali di DOID. Terlepas dari hal tersebut, penulis sebagai investor justru merasa bahwa sebenarnya DOID malah menggerogoti BUMA saja, karena sebagai holding tidak melakukan apa-apa dan hanya bergantung kepada BUMA, lihat saja DOID memiliki 7 Dewan Komisaris yang padahal kerjanya hanya mengawasi BUMA saja. Ini terlalu banyak untuk sebuah holding yang hanya memiliki satu anak usaha. Sehingga bisa dikatakan bahwa laba BUMA akan terpotong disana-sini untuk kegiatan operasional, gaji karyawan, Direksi dan Komisaris DOID yang sebanyak 7 orang tadi. - Resiko Hutang dan Obligasi.DOID memang memiliki hutang yang tergolong besar. Obligasi $350 Jt nya akan jatuh tempo pada February 2022 nanti. Di luar itu masih ada hutang bank yang akan jatuh tempo pada tahun depan dan leasing yang harus dibayar tiap tahunnya. Sehingga apabila ditotal paling tidak sampai dengan 2022 nanti DOID butuh dana $760 Jt untuk membayar hutang, obligasi, dan leasing saja.Apabila pandemi ini masih belum akan berakhir pada tahun depan, sehingga demand batubara masih belum pulih dan efeknya harga batubara masih akan segitu-gitu aja, maka DOID bisa jadi sampai 2022 nanti akan merugi terus sehingga rentan mengalami kesulitan likuiditas untuk membayar semua liabilitasnya tersebut, dan mau tidak mau maka harus nambah hutang lagi paling tidak sebesar $700 Jt biar aman sampai 2022.
Jadi, apakah DOID ini beneran bisa jadi saham multibagger? Bisa saja, asal:
- Perusahaan berhasil memperpanjang kontrak dengan Berau pada akhir tahun ini dan paling tidak dengan besaran nilai yang sama, kontraknya lebih besar lebih baik
- Perusahaan berhasil mencari klien lain untuk menutupi gap yang ditinggal Kideco (ingat bahwa Kideco berkontribusi hampir 10% dari pendapatan DOID)
- Perusahaan berhasil melakukan refinancing hutang-hutangya dengan menambah hutang lagi untuk membayar hutang dan obligasi yang segera jatuh tempo, lebih bagus apabila dapat bunga yang lebih rendah dibanding sekarang.
- Atau, pandemi berakhir, harga batubara pulih lebih cepat, dan industri batubara di tanah air menggeliat lagi. Apabila ini terjadi perusahaan bisa untung lagi tahun depan sehingga resiko gagal bayar hutang menjadi sangat minim.
Bagaimana strateginya?
Untuk DOID, di harga sekarang sekitar 120an dengan Pbv sekitar 0,28 sudah merupakan harga yang sangat murah. Secara historis pada 2015 lalu saham DOID sempat menyentuh 50an dengan Pbv 0,38. Ketika harga batubara mulai pulih pada pertengahan 2016, saham DOID perlahan mulai naik menjelang akhir 2016 sebelum terbang pada 2017 menyentuh harga 1100an. Ini berarti kalau ketika itu Anda membeli DOID di harga 100 saja, maka keuntungan yang bisa diperoleh sudah 10x lipat lebih.
Perlu dicatat, bahwa apabila ternyata DOID mampu memperpanjang kontrak dengan Berau ataupun mendapat kontrak lain yang cukup signifikan, masih besar kemungkinan perusahaannya akan merugi. Hal ini selain karena harga batubara yang masih lemah, juga karena perusahaan menanggung beban hutang yang cukup besar dimana untuk membayar bunganya saja DOID harus mengeluarkan hampir $60 Jt setiap tahunnya. Tetapi paling tidak dengan perpanjangan kontrak dan kontrak baru yang diperoleh, DOID masih akan mampu mempertahankan statusnya sebagai salah satu kontraktor batubara terbesar di Indonesia, dan ini akan mempermudah DOID untuk melakukan refinancing hutang-hutangnya sehingga kemungkinan gagal bayar hutang kedepannya akan menjadi minim. Jadi poin kuncinya ada di sini, meskipun nanti ujung-ujungnya DOID tetap akan menambah hutang untuk bayar hutang, tapi paling tidak DOID berhasil memperpanjang nafasnya, menunggu pasar batubara pulih kembali, untuk kemudian rebound berkali-kali lipat. Meskipun terkesan high-risk, tetapi potensi super-gain dibalik DOID ini terbuka cukup lebar. Dan biasanya, orang kaya terlahir dari opportunity yang high-risk seperti ini, seperti quotesnya Robert. T. Kiyosaki berikut. Salam Super! 😁
*source image: https://id.pinterest.com/pin/640355640756628965/
The ones on this listing of finest on-line slots websites all meet these necessities, so there is no a|there isn't any} cause why you shouldn’t strive your luck at quantity of} to see which one tickles your fancy. Scroll of Dead is a slot recreation provided by Play‘N GO and it comes with a ranging return to participant share. The game’s variance mannequin is classed as excessive, and the maximum win is 7,500x the stake. There’s a complete of 10 paylines in the 5×3 normal grid, yesbet88 and a 6×3 grid for the bonus spherical. If you are not located in one of these six states, it is probably not|will not be} authorized so that you can} earn actual cash by way of slots on-line. Progressive slots award an enormous jackpot at random or by way of a particular bonus recreation.
ReplyDelete