Belakangan ini penulis mencari-cari perusahaan yang bisnisnya diuntungkan karena pandemi Covid-19, selain dari farmasi, fast-moving consumer goods, dan perusahaan media tentunya, karena sektor ini sudah ketebak akan terimbas positif akibat pandemi. Setelah LK kuartal I keluar pun juga mayoritas perusahaan-perusahaan kompak membukukan penurunan pendapatan, tapi ternyata ketika 24 Juni lalu BULL merilis laporan keuangannya, laba perusahaan naik hampir 5 kali lipat dibandingkan tahun lalu. Sahamnya sendiri ternyata sudah terbang sejak awal mei lalu dari 170an hingga kemaren ditutup di 302, sudah naik 70% lebih. Benarkah prospek BULL ini sebegitu menterengnya sejak Covid-19? Masih bisa naikkah harga sahamnya?
Penulis sendiri bisa dikatakan sangat terlambat mengetahui ternyata ada perusahaan yang malah diuntungkan karena Covid-19 ini, penulis baru tahu ketika BULL merilis laporan kuartalnya pada 24 Juni lalu, itupun cuma sekedar tahu kalau labanya naik drastis, awalnya bahkan penulis gak terlalu memperhatikan karena sebelumnya penulis sempat membaca laporan dampak pandemi dari SOCI, perusahaan di sektor yang sama dengan BULL, bahwa ternyata SOCI pun terkena imbas negatif dari dampak pandemi, padahal SOCI saat ini merupakan perusahaan pelayaran pengangkutan minyak dan gas terbesar di Indonesia, SOCI saja terdampak apalagi dengan BULL. Tapi setelah penulis mempelajari lagi laporan keuangan BULL dan hasil rilis dampak pandemi dari manajemen, ternyata BULL memiliki cerita yang berbeda dengan SOCI.Sebelumnya kita pelajari terlebih dahulu sejarah dari BULL ini. Pada awalnya perusahaan bernama PT Buana Listya Tama Tbk, kemudian berubah nama menjadi PT Buana Lintas Lautan Tbk pada 2018. BULL didirikan pada 2005 sebagai anak perusahaan dari BLTA (Berlian Laju Tanker) yang sekarang megap-megap karena kasus gagal bayar obligasi pada 2012 dan kasusnya berbuntut panjang hingga akhirnya semua saham BULL yang dimiliki oleh BLTA disita oleh para pemilik obligasi. Tidak hanya itu, bahkan kapal-kapal BULL pun dijual untuk membayar hutang obligasi tersebut hingga pada 2013 BULL tinggal memiliki 8 buah kapal, padahal dua tahun sebelumnya BULL masih memiliki 21 kapal yang beroperasi penuh.
Perlahan tapi pasti, sejak 2013 sampai dengan awal 2019 lalu BULL terus menambah jumlah kepemilikan kapalnya hingga menjadi 17 kapal tanker. Penambahan armada tersebut dilakukan dengan cara yang sangat konservatif yaitu membeli kapal tanker bekas yang telah berusia 15 tahun. Manajemen mengakui dengan cara membeli kapal tanker bekas ini, perusahaan dapat menghemat capex karena dengan mengeluarkan dana untuk membeli 1 kapal tanker baru, perusahaan memperoleh 3 kapal tanker bekas yang bisa langsung beroperasi karena tidak butuh menunggu 2-3 tahun masa pembangunan.
Lalu, kenapa BULL malah diuntungkan dengan adanya pandemi sedangkan SOCI tidak? Karena bisnis angkutan pelayaran ini cukup sederhana, dimana apabila manajemen ingin pendapatan perusahaan naik, caranya hanya bisa dilakukan dengan dua cara, dengan menambah kapal, kalau nggak ya dengan menaikkan tarif sewa. Untuk SOCI sendiri terkendala karena kapal-kapal tanker yang mereka miliki sudah full occupancy semua, alias terpakai. Dan karena basisnya kontrak maka SOCI juga tidak bisa mengubah tarif sewa seenaknya. Sedangkan BULL, sepanjang 2019 kemaren saja manajemen menambah pembelian 13 kapal tanker, ditambah lagi pada selama kuartal I kemaren perusahaan sudah menerima 3 kapal tangker dari total 8 yang direncanakan. Sehingga dari jumlah armada yang beroperasi saja BULL sudah pasti akan mendapatkan pertumbuhan revenue.
Dan ternyata, Pandemi Covid-19 memberi berkah bagi BULL, timing pembelian kapal tanker yang banyak tadi ternyata secara kebetulan sangat tepat. Semenjak Covid dan negara-negara di dunia memberlakukan lockdown, maka kebutuhan minyak dunia turun drastis. Sedangkan supply minyak tidak dapat begitu saja dihentikan, selain karena alasan teknis, juga karena ada arogansi produsen minyak dunia, terutama antara Rusia dan Arab Saudi yang belakangan strategi dagangnya bukan lagi mencari pembeli dengan harga tertinggi, tetapi dengan strategi menguasai pangsa pasar sehingga produksi minyak harus terus digenjot untuk menaikkan pangsa pasar tadi. Efeknya sudah pasti terjadi oversupply. Dan karena Covid, tanki-tanki minyak di daratan dalam hitungan hari saja sudah penuh, sedangkan aliran minyak dari sumur terus berproduksi yang pada akhirnya menyebabkan produsen atau para distributor dan pembeli menampung minyak tadi di kapal tanker.
Akibatnya kebutuhan akan kapal tanker untuk menampung minyak meningkat drastis. Dan untuk menambah jumlah kapal tanker ini tidak bisa dalam sehari-dua hari jadi, tetapi butuh bertahun-tahun untuk membangun sebuah kapal tanker. Sehingga dampaknya harga sewa kapal tanker naik drastis. Dua hal inilah yang akhirnya memberikan berkah tersendiri bagi BULL. Kapal-kapal tanker BULL sekarang diarahkan untuk menerima order di pasar internasional sebagai tempat penyimpanan minyak terapung karena harga sewa kapal tanker di pasar internasional tadi lebih tinggi dibandingkan pasar domestik.
Jadi terkait prospek ke depan, selama pandemi Covid-19 masih berlangsung maka dapat dipastikan masih akan terjadi oversupply minyak dan selama itu pula BULL akan semakin diuntungkan. Apabila pandemi berakhir pun, maka kapal-kapal tanker tadi akan kembali beralih fungsi sebagai kapal pengangkut minyak seiring pulihnya demand minyak. Jadi win-win solution untuk dua skenario di atas. Yang jelas, dengan penambahan jumlah kapal yang meningkat drastis saja sudah pasti akan berdampak positif terhadap BULL, apalagi harga sewa kapal terus naik.
Sedangkan untuk valuasi, di harga 302 saat ini, Pbv BULL sekitar 0.84 dengan asumsi kurs 14500. Untuk kuartal II dapat dipastikan BULL masih akan membukukan peningkatan laba bersih yang lebih signifikan dibandingkan kuartal I. Dengan proyeksi RoE perusahaan hingga akhir tahun 24%, maka di harga sekarang BULL tergolong masih cukup murah dan sangat berpotensi untuk naik lebih lanjut. Jadi silakan hajar rata kanan saja apabila Anda berniat membeli BULL di harga sekarang karena prospek cerah BULL paling tidak sampai dengan tahun 2021.
Dan karena diproyeksikan hampir semua sektor akan terdampak pandemi, sedangkan BULL ini naik sendirian, maka resiko harganya turun di bawah 300 akan sangat kecil, kalaupun sempat turun maka akan langsung naik lagi ke harga sekarang. Sedangkan peluang untuk naik lebih lanjut dari BULL seharusnya tinggal menunggu waktu saja, mungkin bisa jadi setelah rilis LK kuartal II, atau bisa saja naik sebelum itu.
*penulis saat ini memiliki BULL, walaupun terlambat, di range harga 300-320
No comments:
Post a Comment