Saturday, July 18, 2020

Saham Salah Harga TBLA

TBLA atau Tunas Baru Lampung Tbk ini oleh BEI dikategorikan ke dalam sektor Agricultural berbarengan dengan AALI, SMAR, UNSP, SIMP dan lain-lain yang mayoritas merupakan perusahaan perkebunan kelapa sawit. Jadi biasanya sektor seperti ini memiliki tipikal bisnis yang cyclical, naik turun labanya tergantung dari harga komoditas CPO sehingga apabila harga CPO turun, maka turun pula labanya dan sebaliknya.

Akan tetapi untuk TBLA ini sedikit berbeda, karena perusahaan ini memiliki diversifikasi usaha, selain memiliki kebun sawit, TBLA juga memiliki ladang tebu dengan kontribusi dari sawit 70% dan tebu 30%. Jadi apabila harga CPO anjlok paling tidak kontribusi dari ladang tebu bisa menutupi. Selain itu, perusahaan memiliki industri hulu-hilir dari kedua komoditas tersebut. Jadi di sektor hulu perusahaan memiliki kebun sawit dan tebu, di sektor hilir perusahaan menjual minyak goreng dan gula pasir dengan merek Rose Brand.

Produk hilirisasi berupa minyak goreng dan gula pasir dengan merek Rose Brand dari TBLA

Nah, kabar baiknya adalah, gara-gara Covid-19, perusahaan justru membukukan kenaikan pendapatan hampir 30%, selain karena harga CPO yang juga lagi bullish, juga karena harga gula pasir dan minyak goreng yang ikutan naik gara-gara pandemi. Ketika lockdown pun, masyarakat tetap akan butuh minyak goreng dan gula pasir. Oleh karena itu pada laporan dampak pandemi yang dirilis perusahaaan kepada BEI, TBLA menyatakan bahwa pandemi berefek positif terhadap bisnis perusahaan karena tingginya permintaan minyak goreng dan gula pasir dari masyarakat.

Tapi kok laba perusahaan malah anjlok pada Q1 kemaren? Hal ini tidak lain karena perusahaan memiliki hutang dan obligasi dalam nilai dollar, dan karena pada bulan maret lalu nilai tukar rupiah terhadap dollar sempat anjlok hingga 16 ribu, jadilah TBLA mengalami kerugian selisih kurs yang sifatnya juga sementara karena kebetulan pada tanggal 31 Maret yang menjadi cut-off posisi pencatatan laporan keuangan kurs rupiah terhadap dollar sedang anjlok. Apabila kedepannya nilai tukar rupiah bisa stabil di 14000an, maka TBLA otomatis akan langsung mencatatkan pertumbuhan laba lagi.

Oke, jadi menurut penulis meskipun TBLA ini digolongkan perusahaan perkebunan oleh BEI, tetapi dengan bisnis hilirnya yang menjual minyak goreng dan gula pasir dengan merek Rose Brand menurut penulis TBLA ini juga bisa dikategorikan sebagai perusahaan consumer goods. Oleh karena itu, berbeda dengan perusahaan perkebunan lainnya, RoE TBLA ini cukup konsisten di atas 15% pada masa lalu. Di harga TBLA sekarang yang 690 dengan Pbv 0.68, maka TBLA sekarang, dengan meminjam istilah Pak Lo Kheng Hong, tergolong saham salah harga. Pbv ideal TBLA ini paling tidak 1.5an ke atas, jadi paling tidak potensi upsidenya bisa hampir 2 kali lipat.

Tapi apabila ingin masuk ke TBLA di harga sekarang, jangan pakai dana full tank dulu, beli dulu sebagian di harga sekarang, sisanya nanti beli lagi ketika harganya koreksi normal, karena sangat kecil kemungkinan TBLA kan kembali ke harga di bawah 600. Dan ingat, investasi di TBLA ini untuk periode investasi jangka menengah, antara 1-3 tahun. Jualnya ketika nanti perusahaan mencapai nilai wajarnya di Pbv 1.5an atau bahkan bisa hingga 2x ketika market euforia setelah pandemi corona berakhir.

*penulis memiliki TBLA di range harga 570-600




No comments:

Post a Comment