Jumat kemaren pasar saham bulan Februari resmi ditutup di angka 6.241, dan selama 1 bulan kemaren IHSG bergerak sideways dan memiliki puncak yang tidak lebih tinggi dibandingkan Januari lalu.
IHSG pada Februari gagal mencapai puncak yang lebih tinggi dibandingkan Januari |
History doesn't repeat itself, but it does rhyme. Kalimat bijaksana dari Mark Twain (ada juga yang bilang ini bukan dari Mark Twain, yg penting maksudnya kira-kira begitu) lebih dari satu abad lalu entah bagaimana secara ajaib juga berlaku di pasar modal. Grafik IHSG seperti gambar di atas sangat identik dengan grafik "4 phases of Stock Market Cycle" di bawah. Pasar mulai "Take off" pada Oktober dan berlanjut dengan cepat menuju fase "Enthusiasm" dan kemudian berlanjut hingga fase "Delusion" pada Januari, yang berarti tidak sampai setahun setelah crash Maret lalu IHSG sudah mencapai angka yang lebih tinggi dibandingkan masa sebelum pandemi.
4 Phases of Market Cycles. Source: medium.com |
Sejak Desember kemaren juga marak para endorser saham yang setiap hari selalu memberikan rekomendasi saham ini-itu. Kalimat-kalimat "Value investing is dead" kembali bermunculan. Investor sudah kalap, membeli saham dengan harapan akan ada orang lain yang akan membeli dengan harga yang lebih tinggi. Efeknya banyak saham berfundamental biasa bahkan buruk mencapai harga valuasi yang sudah tidak masuk akal hanya karena sentimen-sentimen yang belum tentu akan berdampak signifikan (padahal ekonomi masih susah seperti ini).
"Denial" pertama terjadi pada akhir Januari lalu dimana IHSG dengan cepat turun hingga 5800, lalu kemudian reborn selama bulan Februari dan sideways di harga 6100-6200an. Puncak pada Februari tidak lebih tinggi dibandingkan Januari yang bisa jadi menandakan belum ada "stimulus" lainnya yang mampu menggerakkan investor big money untuk masuk ke IHSG. Patut diperhatikan juga, kenaikan IHSG pada Februari juga masih terkonsentrasi di saham-saham rekomendasi influencer seperti ANTM, BRIS, TINS, dan belakangan yang sedang nge-hits yaitu bank-bank kecil yang digadang-gadang menjadi bank digital seperti Bank Jago (ARTO) yang market capsnya bahkan melebihi Indofood (ICBP).
Fase yang sedang kita jalani saat ini yaitu fase "Bull Trap" dan Return to "Normal", dimana seolah-olah IHSG rebound dan sudah kembali ke fase normal. Biasanya setelah crash pada fase denial pertama, market akan langsung rebound dan kemudian cenderung sideways, selalu mencoba menembus higher-high tetapi gagal dan dengan puncak yang tidak lebih tinggi dari sebelumnya. Fase ini dapat terjadi berminggu-minggu dan berbulan-bulan. Dan ketika investor menyadari bahwa market seharusnya tidak berada di harga ini, barulah pasar akan turun untuk menyesuaikan valuasinya dengan harga wajarnya. Inilah fase "Return to The Mean".
Jadi seharusnya kedepannya akan terjadi koreksi sehingga IHSG akan kembali ke harga wajarnya. Berapa harga wajarnya? Penulis juga tidak tahu pasti tetapi yang jelas secara nalar dimana ekonomi saat ini belum pulih, harusnya posisi IHSG tidak lebih tinggi dibandingkan harga sebelum pandemi. IHSG seharusnya akan bisa kembali di harga sebelum pandemi apabila aktivitas manusia sudah tidak dibatasi lagi oleh Covid-19. Dan ini akan tergantung dengan seberapa cepat proses vaksinasi dilakukan secara merata ke seluruh penduduk Indonesia, bahkan Dunia. Ketika kita sudah dapat melakukan perjalanan bisnis ataupun wisata secara bebas seperti sebelum pandemi, maka pada saat itulah IHSG harusnya bisa lebih tinggi dibandingkan sekarang.
Oleh karena itu, sebagai antisipasi, ada baiknya kita melakukan beberapa hal sebagai berikut:
1. Saat ini sisakan cash yang cukup banyak di portofolio kita. Mungkin sebaiknya > 50% sehingga nanti dapat menyerok saham-saham bagus di harga bawah. Dan jangan juga memegang cash 100%, karena tidak ada yang tahu IHSG kedepannya akan seperti apa, bisa saja ternyata malah terus naik sehingga potensi profit kita jadi berkurang.
2. Review kembali portfolio saham kita, saham-saham yang didapat dengan harga tinggi dan fundamental jelek, sebaiknya jual saja, baik untung maupun rugi. Sisakan saham-saham dengan fundamental bagus atau saham-saham yang harganya belum naik banyak sejak Oktober lalu. Gak usah pegang terlalu banyak saham juga saat ini. Penulis saat ini juga hanya megang 3 saham dengan posisi cash 75%.
3. Jangan ikut-ikutan kejar kereta, karena belakangan saham-saham yang terbang disebabkan oleh sentimen ini-itu, seperti contoh "Bank Digital" yang disebutkan di atas, Bank Jago (ARTO) , Bank Neo (BBYB), Bank Bumi Arta (BNBA). Mayoritas alasannya karena digadang-gadang akan dijadikan Bank Digital oleh para startup-startup Unicorn di Indonesia. Percayalah, kalo Anda ikut-ikutan beli saham karena sentimen seperti ini, maka jiwanya tidak akan tenang 😐
4. Gak usah iri dengan investor yang pamer di media sosial cuan sekian puluh bahkan ratusan persen dari saham-saham endorse tadi. Tetap fokus saja dengan prinsip saham-saham undervalue seperti yang selama ini kita lakukan. Ingat bahwa prinsip investasi kita harus dibangun dengan perspektif investasi yang harus konsisten bertumbuh dalam jangka panjang, cuan 100% dalam waktu 2 bulan belum tentu dalam bulan-bulan atau tahun-tahun berikutnya portofolionya akan tumbuh secara konsisten karena tingginya resiko tadi. Bisa saja 2 bulan ini cuan 100% tapi bulan ketiga dan keempat malah rugi besar. Dan memang bagi investor pemula sangat sulit sekali menahan godaan untuk pamer cuan, penulis sendiri ketika baru mulai investasi turut kesulitan menahan godaan pamer tersebut, biasanya akan langsung pamer "cuan sekian persen" padahal saham tersebut belinya gak sampe 2% portofolio, jadi gak ngefek. Tapi yang jelas, "pamer dulu".
5. Karena belakangan saham-saham yang terbang itu-itu saja, ada banyak saham-saham bagus yang terlupakan dan perlahan diam-diam terus turun. Sebagai contoh UNVR, ICBP, GGRM. Saham-saham seperti ini seharusnya masuk watch list kita karena apabila nanti market beneran koreksi, maka saham-saham fundamental bagus seperti ini yang akan naik duluan.
Jadi mudah-mudahan saja saat ini kita memang berada di fase "Bull Trap" seperti di atas, dan karena kita sudah siaga cash yang besar, maka tinggal tunggu saatnya nampung saham-saham bagus di harga murah.
No comments:
Post a Comment